(Foto: Thinkstock)
Jakarta, Bertepatan dengan Hari Kesehatan Mental
Sedunia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa secara
global di seluruh dunia, saat ini ada 350 juta orang terkena depresi.
Para ahli kesehatan mengatakan tidak ada daerah yang bebas dari gangguan mental yang satu ini dan sekitar 5 persen dari populasi di dunia menderita depresi dalam waktu 1 tahun.
"Ini bukanlah penyakit di negara-negara maju, tapi itu adalah fenomena global yang terjadi pada kedua jenis kelamin dan dipopulasi kaya maupun miskin," ujar Dr Shekhar Saxena, kepala departemen kesehatan jiwa WHO di Jenewa, seperti dikutip dari Medindia, Rabu (10/10/2012).
Dr Saxena menuturkan sekitar 50 persen perempuan menderita gejala depresi dibanding laki-laki, serta untuk depresi post-natal mempengaruhi sekitar 1 dari 5 ibu, serta 1 dari 10 ibu muda di negara-negara maju.
Berdasarkan pedoman PBB diketahui depresi adalah perasaan sedih yang berkelanjutan selama 2 minggu atau lebih yang bisa mengganggu sekolah, pekerjaan atau kegiatan sehari-hari di rumah.
Dampak paling buruk depresi dapat menyebabkan bunuh diri. Meskipun itu bukan satu-satunya penyebab, tapi hampir 1 juta nyawa hilang setiap tahunnya dan lebih dari setengahnya mengalami depresi.
"Depresi telah ada selama berabad-abad, tapi kita tidak melakukan apa-apa tentang hal itu. Rasa malu memiliki kondisi ini membuat kurang dari setengah orang depresi menerima pengobatan yang dibutuhkan," ujar Dr Saxena.
Dr Saxena mengungkapkan saat ini sudah ada pengobatan yang efektif untuk depresi. Hanya saja petugas kesehatan perlu lebih jeli lagi dalam melihat tanda-tanda depresi pada pasien.
WHO menjelaskan salah satu cara terbaik untuk mengobati depresi adalah berbicara secara terbuka tentang hal ini. Serta obat-obatan bukanlah satu-satunya solusi untuk depresi.
(ver/ir)
Para ahli kesehatan mengatakan tidak ada daerah yang bebas dari gangguan mental yang satu ini dan sekitar 5 persen dari populasi di dunia menderita depresi dalam waktu 1 tahun.
"Ini bukanlah penyakit di negara-negara maju, tapi itu adalah fenomena global yang terjadi pada kedua jenis kelamin dan dipopulasi kaya maupun miskin," ujar Dr Shekhar Saxena, kepala departemen kesehatan jiwa WHO di Jenewa, seperti dikutip dari Medindia, Rabu (10/10/2012).
Dr Saxena menuturkan sekitar 50 persen perempuan menderita gejala depresi dibanding laki-laki, serta untuk depresi post-natal mempengaruhi sekitar 1 dari 5 ibu, serta 1 dari 10 ibu muda di negara-negara maju.
Berdasarkan pedoman PBB diketahui depresi adalah perasaan sedih yang berkelanjutan selama 2 minggu atau lebih yang bisa mengganggu sekolah, pekerjaan atau kegiatan sehari-hari di rumah.
Dampak paling buruk depresi dapat menyebabkan bunuh diri. Meskipun itu bukan satu-satunya penyebab, tapi hampir 1 juta nyawa hilang setiap tahunnya dan lebih dari setengahnya mengalami depresi.
"Depresi telah ada selama berabad-abad, tapi kita tidak melakukan apa-apa tentang hal itu. Rasa malu memiliki kondisi ini membuat kurang dari setengah orang depresi menerima pengobatan yang dibutuhkan," ujar Dr Saxena.
Dr Saxena mengungkapkan saat ini sudah ada pengobatan yang efektif untuk depresi. Hanya saja petugas kesehatan perlu lebih jeli lagi dalam melihat tanda-tanda depresi pada pasien.
WHO menjelaskan salah satu cara terbaik untuk mengobati depresi adalah berbicara secara terbuka tentang hal ini. Serta obat-obatan bukanlah satu-satunya solusi untuk depresi.
(ver/ir)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !